"Communication is the key to success,”
sebuah statement yang kerap kita dengar namun masih banyak yang gagal
menerapkannya. Berbagai alasan mengemuka. Mulai dari ketidakpercayaan
diri, ketidaksempurnaan alat ucap (artikulator) sampai dengan penampilan
fisik yang tidak memadai.
Banyak diskusi tentang komunikasi
telah dilakukan, namun tidak juga membantu mengatasi persoalan sulitnya
berkomunikasi secara berhasil guna. Tidak mengherankan memang ! Karena
diskusi mengenai komunikasi sebagian besar didasarkan pada teori-teori
‘kering’ tanpa ada kejelasan bagaimana mempraktekkannya di dunia nyata.
Yang ada hanyalah kerangka teoretis yang sulit dicerna karena banyak
menggunakan contoh-contoh dengan pendekatan budaya yang terjadi di
belahan bumi lain (disebabkan banyak bahan yang diambli berasal dari
buku-buku terjemahan). Ketika diterapkan di Indonesia, teori tersebut
belum tentu sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Menyadari hal itulah, saya mencoba untuk mengangkat lagi tulisan lama dari Saudara Ponijan Liaw
dan saya ambil dari http://pembelajar.com/. Sedikit saya singkat dan
olah kembali demi memudahkan pembaca memahaminya serta tentu saja lebih
menghemat bandwith karena tidak usah bingung-bingung mencarinya,
mengingat posting dari sumber aslinya pada bulan Desember 2004.
1. Communicate Effectively Lakukan
komunikasi secara efektif. Hindari pemberian instruksi yang tidak jelas
atau ambigious (mengandung makna ganda). Ingatlah tidak semua pendengar
memiliki intelegensia seperti Anda. Maka untuk menajamkan komunikasi
yang efektif ini, kita perlu belajar bagaimana membuat setiap artikulasi
kita jelas dan bermakna tunggal sehingga kesalahpahaman tidak akan
terjadi.
2. Good Communication Erases Life Matters Komunikasi
yang didasari dengan pengertian yang baik dan bijaksana akan menghapus
segala persoalan hidup.Kesalahpahaman dan pertikaian hanya dapat
diselesaikan dengan komunikasi. Sehingga tidaklah terlalu berlebihan
jika dikatakan bahwa komunikasi adalah obat mujarab bagi segala
persoalan. Bila ada orang yang complain terhadap jasa dan produk kita,
misalnya. Jika kita menanganinya dengan komunikasi yang baik. Tutur kata
yang sopan dan lemah lembut. Semarah apa pun orang tersebut sebelumnya,
komunikasi yang baik akan dapat mengatasi semuanya itu.
3. Simplify Your Words
Banyak orang yang lupa (atau pura-pura lupa) menyederhanakan kosa kata
yang digunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain. Tidak menyadari
latar belakang gaya bahasa, istilah dan kebiasaan berbahasa orang yang
diajak berkomunikasi. Bahasa kantor yang sangat teknis dan njlimet
menghiasi percakapan mereka. Sekali pun orang yang diajak bicara telah
mengernyitkan dahi ketika mendengarkan mereka, malah ada yang merasa
bangga bahwa mereka telah menggunakan bahasa formal nan tinggi sehingga
orang-orang mungkin saja menganggap mereka sebagai kaum intelektual.
4. Use Proper Words in Proper Place Penggunaan
kata-kata harus disesuaikan dengan tempat dimana komunikasi itu
berlangsung. Tidak semua kata dapat diterapkan di semua tempat.
Kata-kata bermakna bahagia, penuh semangat, tidak mungkin dapat
digunakan di tempat dimana orang sedang ditimpa kemalangan, misalnya.
Ucapan/istilah dalam pergaulan sehari-hari tentu tidak dapat dipakai
ketika memandu seorang narasumber dalam sebuah talk show formal,
misalnya. So, tempat sangat mempengaruhi bagaimana kita harus memilih
kata yang tepat.
5. Go Down to Earth When You Speak Gunakan
cara berbicara yang membumi dengan pilihan materi yang dapat dimengerti
oleh orang-orang di sekitar kita. Pada dasarnya tidak ada gunanya kita
berbicara dengan bahasa intelektual tinggi jika itu tidak dapat
dimengerti oleh pendengarnya. Disamping itu kerangka berpikir sederhana
namun sistematis harus dikedepankan sehingga setiap penjelasan kita akan
mudah dipahami dan diikuti dengan mendalam.
6. Keep Your Message Simple and Short Adalah
lebih baik jika kita dapat meringkas apa yang ingin kita sampaikan
dalam kalimat-kalimat singkat, padat, tepat dan memikat. Kalimat-kalimat
yang terlalu panjang, bukan hanya melelahkan penuturnya, melainkan juga
melelahkan pendengarnya. Yang jauh lebih penting disini, bukanlah
panjangnya kalimat tetapi sejauh mana esensi percakapan itu dapat
ditangkap oleh pendengar. Hal ini terutama harus dipraktekkan kepada
‘para bos’ yang tidak memiliki banyak waktu untuk mendengarkan sesuatu
yang panjang dan complicated.
7. Focus on What You Talk About Jika
Anda dihadapkan pada pertanyaan atau pernyataan yang tidak menyangkut
apa yang sedang Anda bicarakan atau tidak berhubungan langsung dengan
anda, sebaiknya penilaian tidak diberikan. Disini, kita diajarkan untuk
fokus terhadap apa yang tengah kita bicarakan. Jangan ngalor ngidul
(kemana-mana, tidak karuan) dan kehilangan fokus sehingga pendengar atau
komunikan menjadi bingung. Lebih baik selalu berpedoman kepada apa yang
sedang Anda bahas.
8. Your Speech is Your Ads, So, Be Creative
Banyak orang tidak menyadari bahwa setiap komunikasi dilakukan dengan
siapa saja, dimana saja, kapan saja, mereka sesungguhnya sedang ‘menjual
diri’ mereka kepada orang yang sedang berhadapan dengan mereka. Baik
buruknya image diri sangat ditentukan oleh apa yang keluar dari mulut
mereka. Oleh karena itu susunlah kalimat-kalimat kreatif dengan cara
memilih kata-kata positif, dinamis dan berkekuatan karena ‘inilah iklan’
diri kita.
9. Tell the Reasons Why You Speak about It
Ketika memulai sebuah presentasi/penyampaian gagasan, jangan lupa
jelaskan alasan mengapa hal itu perlu disampaikan pada kesempatan
tersebut. Melalui alasan yang Anda sampaikan, orang-orang akan memahami
latar belakang tersebut dan selanjutnya akan dapat mengikuti penyampaian
Anda dengan lebih efektif dan positif.
10. Speak without Any Borders Bicaralah
dengan bebas tanpa ada tekanan dan ketakutan. Jika ada hal yang
membebani Anda, sebaiknya percakapan tidak dilakukan, sebab hanya akan
memberikan hasil yang tidak maksimal yang pada batas tertentu
‘memalukan’ karena kehilangan inti pembicaraan berarti. Komunikasi yang
dibatasi sedemikian rupa dalam hal topik dan tempat, akan menjadi sebuah
hambatan dari komunikasi itu sendiri, dan merugikan semua pihak,
komunikator dan komunikan. Bahkan bukan tidak mungkin hal ini justru
akan menimbulkan kecurigaan, dugaan-dugaan negatif dan destruktif
terhadap tujuan komunikasi itu sendiri. Jika hal ini terjadi, apa pun
yang disampaikan dalam komunikasi itu, tidak akan membawa banyak arti
atau pun manfaat.
11. Consider Community’s Values Pertimbangkan
nilai-nilai yang hidup di masyarakat di mana kita sedang memberikan
pembahasan terhadap suatu hal. Kesalahan dengan menerobos nilai-nilai
ini secara negatif akan berdampak antipati terhadap diri kita.
12. Cancel the Complicated Matters Persoalan
rumit yang belum cukup matang kita pahami sebaiknya ditunda saja
perbincangannya. Hal ini tidak akan mengurangi rasa hormat orang lain
terhadap kita. Justru sebaliknya akan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk tidak membebani pikiran mereka dengan hal-hal rumit yang
belum saatnya untuk dipahami secara sederhana.
13. Quote Others to Ease Your Speech
Kita tidak memiliki cukup waktu untuk mengalami sendiri semua
peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi ini. Untuk itu, catatan
sejarah tentang apa yang pernah terjadi dapat kita kutip. Kutipan ini
tidak hanya mempermudah pembicaraan kita tetapi juga memperindahnya.
14. Don’t Butt In ! Setiap
orang memiliki dua telinga dan satu mulut. Artinya, lebih banyaklah
mendengar daripada ngomong. Justru dari mendengar kita belajar bukan
dari berbicara.
15. Never Plan What to Say When Listening
Jangan melakukan self-mind chatting ketika mendengarkan orang lain
sedang berbicara dengan kita. Berbicara dengan pikiran sendiri dan
menyusun rencana selanjutnya untuk disampaikan akan mengganggu
kelancaran komunikasi.
|